Orang yang memperhatikan Siroh Sahabat Nabi dan para
salafus sholeh baik perkataan dan perbuatan meraka, akan didapati pada mereka
berada antara khauf (takut) dan roja' (berharap). Mereka yang lebih merasa
takutnya itu akan membuat dia putus asa, gimana bila dia berbuat dosa kayanya
Allah gak akan mengampuni saya, karena dosa saya terlalu banyak, dia lupa Bahwa
Allah berfirman " I'lamu annallaha ghofururrohiim" (ketahuilah bahwa
Allah itu Ghofururrohim) tapi siksa-Nya pedih. maka antara itu bila kita baca
Al Qur'an akan mendapati ayat-ayat tentang Neraka tapi setelah itu ada
ayat-ayat tentang Surga , kita baca tentang azab Allah setelah itu kita akan
membaca tentang Rahmat Allah. Seorang mu'min harus hidup diantara itu. ada yang
lebih condong pada Rahmat Allah, biasanya neh..
biasanya yang udah ngaji ustadz katanya kan pokoknya tauhid ustadz
dosa-dosa yang lain insya Allah aman ustadz, sehingga dia selalu melihat kepada
Rahmat Allah, sebagaian diantara kita itu merasa aman dengan amalannya, dia
berbuat dosa tanpa takut bahwa Allah akan memberikan sanksi yang besar. Yang merasa
aman dengan dosa-dosa yang dilakukan maka ingatlah nabi Adam karena satu dosa
dikeluarkan dari Surga. Bagaimana kita yang banyak dosanya, mau berharap bisa
masuk Surga.
dalam Hadits dari ‘Aisyah “
dalam Hadits dari ‘Aisyah “
“Sesungguhnya orang-orang yang
berhati-hati karena takut akan (azab) Rob mereka, dan orang-orang yang beriman
dengan ayat-ayat Rob mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rob mereka
(sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan
kembali kepada Rob mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan
merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS al-Mu’minuun:
57-61).
Imam Tirmidzi membawakan sebuah hadits tentang
tafsir ayat ini didalam sunannya yang diriwayatkan sampai pada Aisyah radhiyallahu
anha. Beliau menceritakan, “Diriku pernah bertanya kepada Rasulallah shalalahu
‘alaihi wa sallam tentang maksud firman Allah Ta’ala
وَٱلَّذِينَ
يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut.” (QS al-Mu’minuun: 60).
Aisyah radhiyallahu anha bertanya, ‘Apakah mereka orang-orang
yang dahulunya minum khamr dan mencuri?’ Maka beliau shalalahu
‘alaihi wa sallam menjawab
« لا يا بنت الصديق ولكنهم الذين يصومون
ويصلون ويتصدقون وهم يخافون أن لا يقبل منهم أولئك الذين يسارعون في الخيرات
“Bukan,
wahai puteri ash-Shidiq. Akan tetapi, mereka adalah orang-orang yang berpuasa,
sholat dan bersedekah, lalu dibarengi rasa takut sekiranya amalannya tidak
diterima. Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk berlomba-lomba
dengan kebaikkan.” HR at-Tirmidzi no: 3175. Dinyatakan shahih oleh
al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi 3/79 no: 2537.
Sungguh para sahabat Rasulallah shalalahu ‘alaihi wa sallam, dengan ketamakan mereka
dalam mengerjakan amal shaleh, selalu saja rasa takut menghampiri mereka kalau
sekiranya amalan yang mereka lakukan gugur sia-sia. Mereka takut amalannya
tidak diterima. Hal itu tentu timbul karena kedalaman ilmu yang mereka miliki
serta keimanan yang begitu kuat. Sampai kiranya Abdullah bin Mulaikah
mengatakan, “Aku telah menjumpai tiga puluh orang sahabat Nabi lebih, dan
mereka semua takut sifat nifak dalam dirinya, dimana tidak ada seorangpun di
antara mereka yang mengatakan, ‘Sesungguhnya keimananan saya seperti
keimanannya Jibril dan Mikail’. “
Abu Darda radhiyallahu anhu pernah mengatakan, “Kalau seandainya
aku bisa yakin seratus persen bahwa Allah Shubhanahu wa ta’ala menerima satu sholat saja yang aku
kerjakan, maka itu lebih aku cintai dari pada dunia dan isinya, karena Allah Ta’ala
telah berfirman
قَالَ إِنَّمَا
يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ
“Berkata Habil, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Maa’idah: 27).”
Sahabat Ali bin Thalib radhiyallahu
anhu pernah mengatakan, “Hendaknya kalian menjadi orang yang lebih
memperhatikan apakah amalnya diterima dari hanya sekedar beramal.
orang-orang yg berpuasa, melaksanakan shalat dan
bershodaqoh sedangkan mereka merasa takut jika amaln2 itu tidak diterima mereka
itu adalah orang yang bersegera dalam kebaikan. Orang-orang yang beramal sholeh
semakin takut, ok kita dah beramal, yang menjadi kepentingan kita bukan masalah
amalannya bagaimana amalan tersebut diterima Allah SWT, kita bisa terus
istiqomah dalam amalan itu dan orang-orang sholeh sudah beramal, sudah puasa,
tapi mereka merasa tetap takut tidak
diterima amalannya. Padahal Allah berfirman “innama yahsyallaha min ‘ibabadihil
‘ulama. Yang takut sama Allah dari
hamba-hamba-Nya hanya ulama. Semakin berilmu seharusnya kita semakin takut pada
Allah. Bukan kita semakin berilmu semakin bisa nipu dan jauh dari Allah SWT.
Mengutip Ceramah :
Ust. Syafiq Reza Basalamah
Jos.. mulai posting lagi..
ReplyDelete