Welcome and thank you for your visit

Welcome and thank you for your visit

Wednesday, October 7, 2015

PENTINGNYA KHAUF DAN ROJA’ BAGI ORANG YANG BERIMAN





Orang yang memperhatikan Siroh Sahabat Nabi dan para salafus sholeh baik perkataan dan perbuatan meraka, akan didapati pada mereka berada antara khauf (takut) dan roja' (berharap). Mereka yang lebih merasa takutnya itu akan membuat dia putus asa, gimana bila dia berbuat dosa kayanya Allah gak akan  mengampuni saya,  karena dosa saya terlalu banyak, dia lupa Bahwa Allah berfirman " I'lamu annallaha ghofururrohiim" (ketahuilah bahwa Allah itu Ghofururrohim) tapi siksa-Nya pedih. maka antara itu bila kita baca Al Qur'an akan mendapati ayat-ayat tentang Neraka tapi setelah itu ada ayat-ayat tentang Surga , kita baca tentang azab Allah setelah itu kita akan membaca tentang Rahmat Allah. Seorang mu'min harus hidup diantara itu. ada yang lebih condong pada Rahmat Allah, biasanya neh..  biasanya yang udah ngaji ustadz katanya kan pokoknya tauhid ustadz dosa-dosa yang lain insya Allah aman ustadz, sehingga dia selalu melihat kepada Rahmat Allah, sebagaian diantara kita itu merasa aman dengan amalannya, dia berbuat dosa tanpa takut bahwa Allah akan memberikan sanksi yang besar. Yang merasa aman dengan dosa-dosa yang dilakukan maka ingatlah nabi Adam karena satu dosa dikeluarkan dari Surga. Bagaimana kita yang banyak dosanya, mau berharap bisa masuk Surga.
dalam Hadits dari ‘Aisyah “
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rob mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rob mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rob mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rob mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS al-Mu’minuun: 57-61).

Imam Tirmidzi membawakan sebuah hadits tentang tafsir ayat ini didalam sunannya yang diriwayatkan sampai pada Aisyah radhiyallahu anha. Beliau menceritakan, “Diriku pernah bertanya kepada Rasulallah shalalahu ‘alaihi wa sallam tentang maksud firman Allah Ta’ala

وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.” (QS al-Mu’minuun: 60).
Aisyah radhiyallahu anha bertanya, ‘Apakah mereka orang-orang yang dahulunya minum khamr dan mencuri?’ Maka beliau shalalahu ‘alaihi wa sallam menjawab

« لا يا بنت الصديق ولكنهم الذين يصومون ويصلون ويتصدقون وهم يخافون أن لا يقبل منهم أولئك الذين يسارعون في الخيرات

Bukan, wahai puteri ash-Shidiq. Akan tetapi, mereka adalah orang-orang yang berpuasa, sholat dan bersedekah, lalu dibarengi rasa takut sekiranya amalannya tidak diterima. Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk berlomba-lomba dengan kebaikkan.” HR at-Tirmidzi no: 3175. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi 3/79 no: 2537.
Sungguh para sahabat Rasulallah shalalahu ‘alaihi wa sallam, dengan ketamakan mereka dalam mengerjakan amal shaleh, selalu saja rasa takut menghampiri mereka kalau sekiranya amalan yang mereka lakukan gugur sia-sia. Mereka takut amalannya tidak diterima. Hal itu tentu timbul karena kedalaman ilmu yang mereka miliki serta keimanan yang begitu kuat. Sampai kiranya Abdullah bin Mulaikah mengatakan, “Aku telah menjumpai tiga puluh orang sahabat Nabi lebih, dan mereka semua takut sifat nifak dalam dirinya, dimana tidak ada seorangpun di antara mereka yang mengatakan, ‘Sesungguhnya keimananan saya seperti keimanannya Jibril dan Mikail’. “
Abu Darda radhiyallahu anhu pernah mengatakan, “Kalau seandainya aku bisa yakin seratus persen bahwa Allah Shubhanahu wa ta’ala menerima satu sholat saja yang aku kerjakan, maka itu lebih aku cintai dari pada dunia dan isinya, karena Allah Ta’ala telah berfirman

قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ

“Berkata Habil, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Maa’idah: 27).”
Sahabat Ali bin Thalib radhiyallahu anhu pernah mengatakan, “Hendaknya kalian menjadi orang yang lebih memperhatikan apakah amalnya diterima dari hanya sekedar beramal.

orang-orang yg berpuasa, melaksanakan shalat dan bershodaqoh sedangkan mereka merasa takut jika amaln2 itu tidak diterima mereka itu adalah orang yang bersegera dalam kebaikan. Orang-orang yang beramal sholeh semakin takut, ok kita dah beramal, yang menjadi kepentingan kita bukan masalah amalannya bagaimana amalan tersebut diterima Allah SWT, kita bisa terus istiqomah dalam amalan itu dan orang-orang sholeh sudah beramal, sudah puasa, tapi mereka merasa tetap takut  tidak diterima amalannya. Padahal Allah berfirman “innama yahsyallaha min ‘ibabadihil ‘ulama. Yang takut sama  Allah dari hamba-hamba-Nya hanya ulama. Semakin berilmu seharusnya kita semakin takut pada Allah. Bukan kita semakin berilmu semakin bisa nipu dan jauh dari Allah SWT.

Mengutip Ceramah : Ust. Syafiq Reza Basalamah


1 comment: